SEJARAH KARATE
Asal usul karate berasal dari seni beladiri tinju Cina diciptakan oleh Darma, guru Budha yang Agung, manakala tengah bermeditasi di Biara Shorinji, Mt-Sung, Provinsi Henan, Cina Generasi Darma selanjutnya menyebut bela diri ini dengan nama Shorinji Kempo yang berakar di Okinawa melalui kontaknya dengan Cina pada medio abad ke-14. Lahirnya karate sebagai seni bela diri diketahui pada abad ke – 19 adalah Matsumara Shukon seorang prajurit samurai. Menurut sejarah sebelum menjadi bagian dari jepang, Okinawa adalah suatu wilayah berbentuk kerajaan yang bebas merdeka. Pada waktu itu Okinawa mengadakan hubungan dagang dengan pulau – pulau tetangga. Salah satu pulau tetangga yang menjalin hubungan kuat adalah Cina. Hasilnya Okinawa mendapatkan pengaruh yang kuat akan budaya Cina. Sebagai pengaruh pertukaran budaya itu banyak orang-orang Cina dengan latar belakang yang berbeda-beda datang ke Okinawa mengajarkan bela dirinya pada orang-orang setempat. Sebaliknya orang-orang Okinawa juga banyak yang Hijrah ke Cina sekembalinya ke Okinawa mengajarkan ilmu yang sudah didapatkan di Cina. Pada tahun 1477 Raja Soshin Nagamine di Okinawa memberlakukan larangan pemilikan senjata bagi golongan pendekar. Tahun 1608 kelompok Samurai Satsuma di pimpin oleh Shimazu Lehisa masuk ke Okinawa dan tetap meneruskan larangan ini. Bahkan pengadilan Bakhucon juga menghukum bagi orang yang melanggar larangan sebagai tindak lanjut atas peraturan ini orang-orang Okinawa berlatih Okinawa te (begitu mereka menyebutnya) dan Ryuku Kobudo (Seni senjata) secara sembunyi-sembunyi mereka berlatih. Tiga aliranpun muncul masing-masing memiliki ciri khas yang namanya sesuai dengan daerah asalnya, yaitu : Tomori, Shuri, dan Naha. Namun demikian pada akhirnya Okinawa te mulai diajarkan ke sekolah-sekolah tidak lama setelah itu Okinawa menjadi bagian dari Jepang, membuka jalan bagi karate masuk ke Jepang. Gichin Funakoshi sebagai instruktur pertama ditunjuk mengadakan demonstrasi karate di luar Okinawa bagi orang-orang Jepang. Gichin Funakoshi sebagai Bapak Karate dunia dilahirkan di Shuri, Okinawa, pada tahun 1868. Gichin Funakoshis belajar karate pada Azato dan Itosu. Setelah berlatih begitu lama, pada tahun 1916 Gitchin Funakoshi di undang ke Jepang untuk mengadakan demonstrasi di Butokukai yang merupakan pusat dari seluruh bela diri Jepang saat itu. Selanjutnya pada tahun 1921, Putra Mahkota yang kelak akan menjadi kaisar Jepang datang ke Okinawa dan meminta Gichin Funakoshi untuk demonstrasi karate. Bagi Gichin Funakoshi undangan ini sangat besar artinya karena demonstrasi itu dilakukan di arena istana Shuri. Setelah demonstrasinya yang kedua di Jepang, Gichin Funakoshi seterusnya tinggal di Jepang selama di Jepang pula Gichin Funakoshi banyak menulis buku-bukunya yang terkenal hingga sekarang seperti “Ryukyu Kempo : Karate” dan “Karate Kyoan”. Sejak saat itu klub-klub karate terus bermunculan baik di sekolah dan Universitas. Gichin funakoshi selain ahli karate juga pandai dalam sastra dan kaligrafi. Nama Shotokan diperolehnya sejak kegemarannya mendaki gunung Torao (yang berarti ekor harimai). Dimana dari sana terdapat banyak pohon cemara tertiup angin yang bergerak seolah gelombang yang memecah dipantai. Terinspirasi oleh hal itu Gichin funakoshi menulis sebuah nama “Shoto” sebuah nama yang berarti kumpulan cemara yang bergerak seolah gelombang, dan “Kan” yang berarti ruang atau balai utama tempat murid-muridnya berlatih. Simbol harimau yang digunakan karate shotokan yang dilukis oleh Hoan Kosugi (Salah satu murid pertama Gichin Funakoshi), mengarah kepada filosofi tradisional Cina yang mempunyai makna bahwa “Harimau tidak pernah tidur”. Digunakan dalam karate Shotokan karena bermakna kewaspadaan dari harimau yang sedang terjaga dan juga ketenangan diri pikiran yang damai yang dirasakan Gichin Funakoshi ketika sedang mendengarkan suara gelombang pohon cemara dari atas Gunung Torao. Sekalipun Gichin Funakoshi tidak pernah memberi nama pada aliran karatenya, murid-muridnya mengambil nama itu untuk dojo yang didirikannya di Tokyo sekitar tahun 1936 sebagai penghormatan pada sang guru. Shotokan adalah karate yang mempunyai ciri khas beragam teknik pukulan, tendangan dan lompatan, gerakan yang ringan dan cepat. Gichin Funakoshi percaya bahwa akan membutuhkan waktu seumur hidup untuk berlatih menguasai untuk penekanan fisik dan bela diri. Gichin Funakoshi mempertegas keyakinannya bahwa karate adalah sebuah seni. Selanjutnya Gicin Funakoshi menjelaskan makna kata “kara” pada karate mengarah kepada sifat kejujuran, rendah hati dari seseorang. Walaupun demikian sifat kesatria tetap tertanam dalam kerendahan hatinya, demi keadilan berani maju sekalipun berjuta lawan tengah menunggu.
Gichin Funakoshi meninggal dunia tanggal 26 April 1957.
Filosofi Karate Gichin Funakoshi, diantaranya :
Karate diawali dengan pemberian hormat dan diakhiri dengan pemberian hormat pula.
Kekuatan dipergunakan sebagai pilihan terakhir dimana kemanusiaan dan keadilan tidak dapat mengatasi, tetapi apabila kepalan dipergunakan dengan bebas tanpa pertimbangan, maka yang melakukan akan kehilangan harga diri dihadapan orang lain.
Sekali gerakan dapat membunuh lawan (Ichigeki Hissatsu)
Pertama-tama kontrol dirimu sebelum mengontrol orang lain.
Karate merupakan alat pembantu dalam keadilan
Semangat yang utama, teknik kemudian.
Kecelakaan timbul lantaran kecerobohan
Senantiasa siap untuk membebaskan pikiranmu dari yang jahat
Janganlah berpikir bahwa latihan karate Cuma bisa di dojo
Masukan karate dalam keseharianmu, maka kamu akan menemukan Myo
Mempelajari karate memerlukan waktu seumur hidup dan tak punya batasan.
Karate seperti air yang mendidih. Jika kamu tak memanaskannya secara teratur, ia akan menjadi dingin.
Janganlah kamu berpikir kamu harus menang, tapi berpikirlah bahwa kamu tidak boleh kalah.
Kemenangan tergantung pada keahlianmu membedakan titik-titik yang mudah diserang dan yang tidak.
Pertarungan didasari oleh bagaimana kamu bergerak secara hati-hati dan waspada
Berpikirlah bahwa tangan dan kakimu adalah pedang
Jika kamu meninggalkan rumah, berpikirlah bahwa kamu memiliki banyak lawan yang menanti. Tingkah lakumulah yang mengundang masalah bagi mereka.
Pemula harus menguasai postur dan cara berdiri, posisi tubuh yang alami untuk yang lebih ahli.
Berlatih kata adalah satu hal, terlibat dalam pertarungan sungguhan adalah hal lain
Jangan lupa secara tepat memperagakan kelebihan dan kekurangan dari kekuatan, peregangan dan konstraksi dari tubuh, serta cepat lambatnya teknik.
Selalu berpikir dan berusahalah menemukan cara untuk hidup dengan aturan-aturan diatas setiap hari.
Tak ada serangan pertama pada karate
Demikianlah makna yang terkandung dalam karate. Karena itulah seseorang yang belajar karate sepantasnya tidak hanya memperhatikan sisi tekhnik dan fisik, melainkan juga memperhatikan sisi mental yang sama pentingnya. Seiring usia yang terus bertambah kondisi fisik akan terus menurun. Namun kondisi mental seorang karate yang diperoleh lewat latihan yang lama akan membentuk kesempurnaan karakter. Akhirnya kata “Do” pada Karate do memiliki makna jalan atau arah. Suatu filosofi yang diadopsi tidak hanya oleh karate tapi kebanyakan seni bela diri Jepang dewasa ini.
Murid Gichin Funakoshi yang terkenal
Hoan Kosugi (yang melukis lambang Shotokan / harimau)
Shinken Taira (Ryuku Kobudo)
Hironori Ohtsuka (Wado Ryu)
Msatoshi Nakayama (JKA)
Hidetaka Nishiyama, Shotokan ITKF
Masutatsu Oyama (Kyoyushin – Ryu)
Hirokazu Kanazawa (SKIF)
Shigeru Egami (Shotokan)
Tsutomu Ohshima (SKA)
Yashuhiro Konishi
Isao Obata
Gigo Funakoshi
Tsutomu Okazaki
Takeshi Shimoda
Shinken Gima
Kimo Ito
Genshin Hironishi
Taiji Kase
Hiroshi Noguchi
Tomasaburo Okano
Fusajiro Takagi
Masamoto Takagi
Tasuo Yamada
KATA SHOTOKAN
Kata yang berarti bentuk pola atau kembangan juga memiliki arti sebagai filsafat. Kata memainkan peranan yang penting dalam latihan karate. Setiap kata memiliki embusan pola dan arah dan bunkai praktik yang berbeda-beda tergantung dari kata yang sedang diperagakan. Kata dalam karate memiliki makna dan arti yang berbeda. Bahkan kata juga menggambarkan sesuatu. Inilah kata sebagai filsafat. Oleh sebab itulah kata memiliki peranan yang penting sejak jaman dulu dan menjadi latihan inti dalam karate. Gichin funakoshi mengambil kata dari perguruan Shorei dan Shorin. Shotokan memiliki 26 kata yang terus dilatih hingga kini. Masing-masing kata mempunyai tingkat kesulitan sendiri-sendiri. Karena itu wajib bagi tiap praktisi Shotokan untuk mengulang berkali-kali bahkan ratusan kali.
Kata |
Nama Asli |
Arti |
Heian shodan |
Pinan Nidan |
Pikiran tenang damai satu |
Heian nidan |
Pinan Shodan |
Pikiran tenang damai dua |
Heian sandan |
Pinan Sandan |
Pikiran tenang damai tiga |
Heian Yondan |
Pinan Yondan |
Pikiran tenang damai empat |
Heian Godan |
Pinan Godan |
Pikiran tenang damai lima |
Tekki shodan |
Naihanchin Shodan |
Satria tunggang kuda satu |
Tekki Nidan |
Naihanchi Nidan |
Satria tunggang kuda dua |
Tekki Sandan |
Naihanchi Sandan |
Satria tunggang kuda tiga |
Bassai dai |
Passai |
Menembus benteng |
Kanku Dai |
Kushanku |
Memandang cakrawala |
Enpi |
Wanshu |
Burung layang-layang terbang |
Jion |
Jion |
Naba biksu budha |
Jitte |
Jitte |
Bertarung 10 tangan |
Gankaku |
Chinto |
Bangau diatas batu karang |
Hangetsu |
Seishan |
Bulah separuh |
Sochin |
Sochin |
Memberikedamaian bagi orang banyak |
Nijushiho |
Niseishi |
24 Langkah |
Chinte |
Chinte |
Tangan yang luar biasa |
Meikyo |
Rohai |
Cermin jiwa |
Wankan |
Wankan |
Mahkota raja |
Gojushiho Dai |
Useishi |
54 langkah besar |
Unsu |
Hakko |
Tangan menyibak awan di angkasa |
Gojushiho Sho |
|
54 langkah kecil |
kankusho |
|
Menatap Langit |
Bassai Sho |
|
Menembus benteng kecil |
Jiin |
|
|
Menurut Japan Karatedo Federation (JKF) dan world karatedo federation (WKF), yang dianggap sebagai aliran karate yang utama yaitu :
Shotokan, 2. Goju Ryu, 3. Shito Ryu, 4.Wado Ryu
Keempat aliran tersebut diakui sebagai aliran karate yang utama karena turut serta dalam pembentukan Zen – Nippon Karatedo Renmei / Japan Karatedo Federation dan world Karatedo Federation. Namun aliran karate yang terkenkan di dunia bukan hanya empat aliran diatas itu saja. Beberapa aliran besar seperti Kyokushin, shorin ryu dan Uechi Ryu Karate tersebar luas ke berbagai negara di dunia dan dikenal sebagai aliran karate yang termasyhur, walaupun tidak termasuk dalam “4 besar WKF”. Di negara Jepang, organisasi yang mewadahi olahraga Karate seluruh Jepang adalah Japan Karatedo Federation (JKF). Adapun organisasi yang mewadahi Karate Seluruh dunia adalah WKF (World Karate Fedration) dahulu WUKO World Union of Karatedo Organizations). Ada pula ITKF (International Traditional Karate Federation) yang mewadahi karate tradisional. Adapun fungsi dari JKF dan WKF adalah terutama untuk meneguhkan Sport Karate yang bersifat Non Contact, berbeda dengan aliran Kyokushin atau Daidojuku yang full body Contack. Adapun ciri khas dan latar belakang dari berbagai aliran Karate yang termasuk dalam “4 besar JKF” adalah sebagai berikut :
Shotokan
Shotokan dapat diterjemahkan sebagai Perguruan Gichin Funakoshi. Gichin Funakoshi merupakan pelopor yang membawa ilmu karate dari Okinawa ke Jepang. Aliran Shotokan merupan akumulasi dan sandarisasi dari berbagai perguruan karate di Okinawa yang pernah dipelajari oleh Gichin Funakoshi. Berpegang pada konsep Ichigeki Hisatsu, yaitu satu gerakan dapat membunuh lawan. Shotokan menggunakan kuda-kuda yang rendah serta pukulan dan tangkisan yang keras. Gerakan shotokan cenderung/frontal, sehingga praktisi Shotokan berani langsung beradu pukulan dan tangkisan dengan lawan.
Goju Ryu
Goju memiliki arti keras lembut. Aliran ini memadukan teknik keras dan teknik lembut, dan merupakan salah satu perguruan karate tradisional di Okinawa yang memiliki sejarah yang panjang. Dengan meningkatnya popularitas Karate di Jepang (Setelah masuknya Shotokan ke Jepang) Aliran Goju ini dibawa ke Jepang oleh Chojun Miyagi. Chojun Miyagi memperbaharui banyak teknik – teknik aliran ini menjadi aliran Goju Ryu, sehingga banyak orang menganggap Chojun Miyagi sebagai pendiri Goju Ryu. Berpegang pada konsep bahwa “dalam pertarungan yang sesungguhnya, kita harus bisa menerima dan membalas pukulan”. Sehingga Goju Ryu menekankan pada latihan SANCHIN atau pernapasan dasar, agar para praktisinya dapat memberikan pukulan yang dahsyat dan menerima pukulan dari lawan tanpa terluka. Goju Ryu menggunakan tangkisan yang bersifat circular serta senang melakukan peraturan jarak rapat.
Shito Ryu
Aliran Shito Ryu terkenal dengan keahlian bermain KATA, terbukti dari banyaknya KATA yang diajarkan di aliran Shito Ryu, yaitu adalah 43 Kata, lebih banyak dari aliran lain. Sebagai perbandingan, Shotokan memiliki 26, Wado memiliki 17, Goju Memiliki 12 Kata. Dalam pertarungan, ahli Karate Shito – Ryu dapat menyesuaikan diri dengan kondisi, mereka bisa bertarung seperi Shotokan secara frontal, maupun dengan jarak rapat seperti Goju.
Wado – Ryu
Wado Ryu adalah aliran karate yang unik karena berakar pada seni beladiri Sindro Yoshin Ryu Jujutsu, sebuah aliran beladiri Jepang yang memiliki teknik kuncian persendian dan lemparan. Sehingga Wado Ryu selain mengajarkan tekhnik Karate juga mengajarkan teknik kuncian dan / bantingan Jujutsu. Didalam pertarangan, ahli Wado Ryu menggunakan prinsip Jujutsu yaitu tidak mau mengadu tenaga secara frontal, lebih banyak menggunakan tangkisan yang bersifat mengalir (bukan tangkisan keras), dan terkadang menggunakan teknik Jujutsui seperti bantingan dan sapuan kaki untuk menjatuhkan lawan. Akan tetapi, dalam pertandingan FORKI dan JKF, para praktisi Wado Ryu juga mampu menyelesaikan diri dengan peraturan yang ada dan berbanding tanpa menggunakan jurus-jurus Jujutsu tersebut. Sedangkan aliran lain yang besar walaupun tidak termasuk dalam 4” besar JKF” antara lain adalah :
Kyokushin
Kyokushin termasuk dalam 4 besar Japan Karatedo Federation. Akan tetapi, aliran ini sangat terkenal baik didalam maupun diluar Jepang, serta turut berjasa mempopulerkan Karate di seluruh dunia, terutama pada tahun 1970an. Aliran ini didirikan oleh Sensai Masutatsu Oyama. Nama Kyokushin mempunyai arti kebenaran tertinggi. Aliran ini menganut sistem Budo Karate, dimana praktisi-praktisinya dituntut untuk berani melakukan full body contact kumite, yakni tanpa perlindungan, untuk mendalami arti yang sebenarnya dari seni bela diri karate serta melatih jiwa/semangat keprajuritan (budo). Aliran ini juga menerapkan hyakunin kumite (Kumite 100 orang) sebagai ujian tertinggi, dimana karateka diuji melakukan 100 kumite berturut-turut sensai Masutatsu oyama sendiri telah melakukan kumite 200 orang. Adalah umum bagi praktisi aliran ini untuk melakukan 5-10 kumite berturut-turut.
Shorin Ryu
Aliran ini adalah aliran Karate yang asli berasal dari Okinawa. Didirikan oleh Shoshin Nagamine yang didasarkan pada ajaran Yasutsume Anko Itoso, seorang guru Karate abad ke 19 yang juga adalah guru dari Gichin Funakoshi, selain Azato. Dapat dimaklumi bahwa gerakan Shorin Ryu banyak persamaannya dengan shotokan. Perbedaan yang mencolok adalah bahwa Shorin Ryu juga mengajarkan bermacam – macam senjata, seperti Nunchaku, Kama dan Rokushaku Bo.
Uechi Ryu
Aliran ini adalah aliran karate yang paling banyak menerima pengaruh dari bela diri China, karena pencipta aliran ini, Kanbun Uechi, belajar beladiri langsng diprovinsi Fujian D China. Oleh karena itu, gerakan dari aliran Uechi Ryu Karate sangat mirip dengan kungfu aliran Fujian, terutama aliran Baihequen (Bangau putih).
Latihan Dasar Karate terbagi tiga sebagai berikut
Kihon, yaitu latihan teknik –teknik dasar karate seperti tehknik memukul, menendang, menangkis dan membalas
Kumite yaitu latihan tanding atau sparing
Kata yaitu latihan jurus memperagakan teknik kihon & komite
Pada zaman sekarang karate jug dapat dibagi menjadi aliran tradisional dan aliran olah raga. Aliran tradisional lebih menekankan aspek bela diri dan teknik berkelahi sementara aliran olah raga lebih menumpukan teknik – teknik untuk pertandingan olah raga. Pelatihan kihon dimulai dari mempelajari pukulan, tendangan dan tangkisan. Pada tahap DAN atau sabuk hitam, karateka dianggap sudah menguasai seluruh Kihon dengan baik dan untuk menggunakan senjata seperti tongkat (bo) ruyung (nunchaku)
Kata
Kata secara harfiah berarti bentuk atau pola. Kata dalam karate tidak hanya merupakan latihan fisik atau aerobik biasa. Tapi juga mengandung pelajaran tentang prinsip bertarung. Setiap kata memiliki jumlah ritme gerak dan pernapasan yang berbeda-beda. Dalam kata ada yang dinamakan Bunkai. Bunkai adalah aplikasi dari gerakan-gerakan kata yang dimainkan. Setiap aliran memiliki perbedaan gerak dan nama yang berbeda untuk tiap kata. Sebagai Contoh: Kata Tekki aliran Shotokan dikenal dengan nama Naihanchi di aliran Shito Ryu.sebagai akibatnya Bungkai (aplikasikata) tiap aliran juga berbeda.
Kumite
Kumite secara harfiah berarti “pertemuan tangan”. Kumite dilakukan oleh karateka tingkat lanjut (Sabuk biru atau lebih). Tetapi sekarang, ada dojo yang mengajarkan kumite pada karateka tingkat pemula (sabuk hijau) sebelum melakukan kumite bebas (jiyu kumite) praktisi memplajari kumite yang diatur(go hon kumite) atau (Yakusoku kumite) untuk kumite aliran olahraga, lebih dikenal dengan Kumite Shiai atau Kumite Pertandingan. Untuk aliran shotokan di Jepang, kumite hanya dilakukan oleh karateka yang sudah mencapai tingkat tinggi (Sabuk Hitam). Praktisi Kyokushin diperkanankan untuk melancarkan tendangan dan pukulan sekuat tenaganya ke arah lawan bertanding. Untuk aliran kombinasi seperti Wado Ryu, yang tekniknya terdiri atas kombinasi Karate dan Jujutsu, maka kumite dibagi menjadi dua macam, yaitu kumite untuk persiapan Shiai, dimana yang dilatih hanya teknik-teknik yang diperbolehkan dalam pertandingan, dan Goshinjutsu Kumite atau Kumite untuk beladiri, dimana semua teknik dipergunakan, termasuk teknik Jujutsu seperti bantingan, kuncingan dan menyerang titik vital.
Sejarah Karate di Indonesia
Masuknya karate ke tanah air dipelopori oleh Mahasiswa Indonesia yang sudah menyelesaikan studinya di Jepang. Baud Adikusumo, Muchtar dan Karyanto mendirikan dojo yang memperkenalkan aliran Shotokan. Dojo ini didirikan di Jakarta, tahun 1963. Tahun- berikutnya mereka membentuk suatu wadah yang saat itu disebut PORKI (Persatuan Olahraga Karate Indonesia). Kemudian datang pula mahasiswa Indonesia yang juga telah belajar di Jepang seperti Setyo Haryono. Anton di Lesiangi, Chairul Taman dan Sabeth Muchsin, Marcus Basuki yang juga mengembangkan karate tanah air. Perkembangan karate tanah air juga mencatat kedatangan ahli-ahli karate Jepang yang datang ke tanah air, antara lain Masatoshi Nakayama Shotokan , Oishi Shotokan, Nakamura Shotokan, Kawawada shotokan, Matsusaki Kushinryu, Masutatsu Oyama Kyokushinryu, Ishilshi Gojuryu dan Hayashi Shitoryu. Melihat dan antusiasme menyebabkan karate tumbuh pesat di tanah air yang dapat dilihat dari banyaknya organisasi karate. Namun demikian karena ketidakcocokan para tokoh, akhirnya PORKI mengalami perpecahan. Pada akhirnya, dilandasi dengan itikad baik untuk bersatu dan keinginan bersama untuk mengembangkan karate, para tokoh karate sepakat untuk membentuk wadah baru yang brnama FORKI (Federasi Olahraga Karate Do Indonesia) tahun 1972. Karena semakin dikenal diseluruh Indonesia. Mereka mengembangkan karate dengan mendirikan perguruan. Dengan semakin besarnya pengaruh karate di Indonesia akhirnya diubahlah nama PORKI (Federasi Olahraga Karate Do Indonesia) menjadi FORKI (Federasi Olahraga Karae Indonesia) yang merupakan induk organisasi semua perguruan karate di Indonesia. FORKI (Federasi Olahraga Karate-Do Indonesia) yang sekarang menjadi perwakilan WKF (Wordl Karate Federation) untuk Indonesia. Dibawah bimbingan FORKI, para Karateka Indonesia dapat berlaga di forum Internasional terutama yang disponsori oleh WKF.
Tokoh Karete Indonesia
Baud Adikusumo (INKADO)
Sabeth Mukhsin (INKAI)
Anton Lesiangi (LEMKARI)
Nardit T (WADOKAI)
Bert Lengkong (SHINDOKA)
Chairul Taman (KHUSHINKAI)
Setyo Haryono (GOJU RYU)
Marcus Basuki (SHITORYU)
Dan masih banyak lagi yang lainnya
FORKI
(Federasi Olah Raga Karate – do Indonesia)
Arti lambang lambang FORKI segi lima dengan garis bawah membentuk sudut melambangkan olah raga karate yang dibina oleh FORKI, berdiri atas dasar semangat revolusi 17 Agustus 1945, berazaskan Pancasila dan Sumpah Karate. Tujuh buah lingkaran melambangkan keolahragaan karate dan Sapta Prasetia FORKI. Gambar huruf K menggambarkan seorang karateka yang sedang siap sedia. Warna Kuning melambangkan keagungan warna hitam melambangkan keteguhan tekad. Warna merah melambangkan keberanian warna putih melambangkan kesucian.
INKAI
(INSTITUT KARATE DO INDONESIA )
Arti Lambang bulatan bumi berwarna Merah Putih yang diikat Sabuk Hitam didalam sebuah lingkaran yang berwarna dasarnya kuning, melambangkan anggota INKAI yang bersatu pada ikatan kekeluargaan berdasarkan prinsip-prinsip karate-do